Senin, 16 Oktober 2017

PSIKOLOGI KONSELING



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pada pembahasan-pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai pengertian bimbingan dan konseling. Dan telah dijelaskan pula bahwa bimbingan dan konseling merupakan suatu proses, dan dalam praktik bimbingan dan konseling akan menempuh tahap-tahap tertentu. Dalam setiap tahapannya akan menggunakan teknik-teknik tertentu pula. Telah disebutkan bahwa konseling merupakan salah satu teknik dalam bimbingan.
Dalam menyelesaikan masalah dari klien atau konseling, memang diperlukan suatu posedur atau langkah-langkah yang harus dilalui. Prosedur atau langkah-langkah tersebut dilakukan dengan tujuan agar seorang konselor dapat menyelesaikan masalah dari klien atau konseli dengan baik, maksimal, dan sukses. Apabila prosedur atau langkah-langkah tersebut tidak dilakukan atau dilakukan tetapi kurang sesuai atau kurang maksimal, maka hasinya juga tidak maksimal. Akibatnya, konselor tidak dapat membantu menyelesaikan masalah dari klien dengan sukses.
Mengenai langkah-langkah bimbingan  konseling, terdapat beberapa pendapat. Oleh karena itu, di dalam makalah ini, penulis akan menyajikan sebuah kajian mengenai langkah-langkah bimbingan konseling dan psikoterapi dari beberapa pendapat tokoh.

B.    Rumusan Masalah
       1. Bagaimanakah langkah dan tahapan proses konseling?
2. Bagaimanakah langkah dan tahapan proses psikoterapi?

C.   Tujuan
1. Untuk mengetahui langkah dan tahapan proses konseling
2. Untuk mengetahui langkah dan tahapan proses psikoterapi



BAB II
PEMBAHASAN

A.          Langkah-langkah dan Tahapan Konseling
Menurut Tohirin, Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah Proses konseling dapat ditempuh dengan beberapa langkah yaitu:

1.         Menentukan masalah
Proses Identifikasi Masalah atau menentukan masalah dalam konseling dapat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi masalah (iden tifikasi kasus-kasus) yang dialami oleh klien. Setelah semua masalah teridentifikasi untuk menentukan masalah mana untuk dipecahkan harus menggunakan prinsip skala prioritas. Penetapan skala prioritas ditentukan oleh dasar akibat atau dampak yang lebih besar terjadi apabila masalah tersebut tidak dipecahkan. Pada tahap ini konselor diharapkan aktif dalam mencegah permasalahan klien. Konselor perlu lebih banyak memberikan pertanyaan terbuka dan mendengar aktif (active listening) terhadap apa yang dikemukakan oleh klien. Mendengar aktif adalah suatu keterampilan menahan diri untuk tidak berbicara, tidak mendengarkan secara seksama, mengingat-ingat dan memahami perkataan klien, dan menganalisis secara seksama terhadap penjelasan klien yang relevan dan yang tidak relevan.[1]

2.   Pengumpulan data,
Setelah ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalam konseling, selanjutnya adalah mengumpulkan data siswa yang bersangkutan. Data yang dikumpulkan harus secara komprehensif (menyeluruh) meliputi: data diri, data orang tua, data pendidikan, data kesehatan dan data lingkungan.
Data diri bisa mencakup (nama lengkap, nama panggilan, jenis kelamin, anak keberapa, status anak dalam keluarga (anak kandung, anak tiri, atau anak angkat), tempat tanggal lahir, agama, pekerjaan, penghasilan setiap bulan, alamat, dan nama bapak atau ibu. Data pendidikan dapat mencakup: tingkat pendidikan, status sekolah, lokasi sekolah, sekolah sebelumnya, kelas berapa, dan lain-lain.

3.   Analisis data
Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Data hasil tes bisa dianalisis secara kuantitatif dan data hasil non tes dapat dianalisis secara kualitatif. Dari data yang dianalisis akan diketahui siapa konseli kita sesungguhnya dan apa sesungguhnya masalah yang dihadapi konseli kita.

4.   Diagnosis
Diagnosis merupakan usaha konselor menetapkan latar belakang masalah atau faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada klien.

5.   Prognosis
Setelah diketahui faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada klien selanjutnya konselor menetapkan langkah-langkah bantuan yang diambil.

6.   Terapi
Setelah ditetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian bantuan selanjutnya adalah melaksanakan jenis bantuan yang telah ditetapkan. Dalam contoh diatas, pembimbing atau konselor melaksanakan bantuan belajar atau bantuan sosial yang ditetapkan untuk memecahkan masalah konseli.

7.   Evaluasi dan Follow Up
      Sebelum mengakhiri hubungan konseling, konselor dapat mengevaluasi berdasarkan performace klien yang terpancar dari kata-kata, sikap, tindakan, dan bahasa tubuhnya. Jika menunjukkan indikator keberhasilan, pengakhiran konseling dapat dibuat. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah upaya bantuan yang telah diberikan memperoleh hasil atau tidak. Apabila sudah memberikan hasil apa langkah-langkah selanjutnya yang perlu diambil, begitu juga sebaliknya apabila belum berhasil apa langkah-langkah yang diambil berikutnya.

Abrego, Brammer, Shostrom dalam buku dasar-dasar konseling dan psikoterapi milik Namora Lubis Lumongga memberikan langkah-langkah konseling sebagai berikut:
1.        Membangun Hubungan
Membangun hubungan dijadikan langkah pertama dalam konseling, karena klien dan konselor harus  saling mengenal dan menjalin kedekatan emosinal sebelum sampai pada pemecahan masalahnya. Pada tahapan ini, konselor harus menunjukkan bahwa ia dapat dipercaya dan kompeten dalam menangani masalah klien. Willis (2009) mengatakan bahwa dalam hubungan konseling harus berbentuk a working relationship yaitu hubungan yang berfungsi, bermakna, dan berguna. Konselor dan klien  saling terbuka satu sama lain tanpa ada kepura-puraan. Selain itu, konselor dapat melibatkan klien terus menerus dalam proses konseling. Keberhasilan pada tahap ini menentukan keberhasilan langkah konseling selanjutnya.[2]
Tahapan ini merupakan kunci awal keberhasilan konseling. Antara konselor dan klien  adakalanya belum saling mengenal. Konselor diharapkan dapat menciptakan suatu perkenalan yang memungkinkan terbangun kedekatan dan kepercayaan klien. Dalam membina hubungan dengan klien, konselor dapat melakukan perkenalan secara lisan. Konselor memperkenalkan diri secara “sederhana”, yang tidak memberikan kesan bahwa konselor lebih tinggi statusnya daripada klien.
Pada tahap ini konselor membina hubungan baik dengan klien dengan cara menunjukkan perhatian, penerimaan, penghargaan, dan pemahaman empatik. Apabila klien dekat dengan dan percaya kepada konselor, ia akan bersedia membuka diri lebih jauh untuk mengemukakan masalah yang dihadapinya kepada konselor. Sehingga klien dengan suka rela termotivasi untuk mengikuti proses konseling sampai selesai.

2.        Identifikasi dan penilaian masalah
Apabila hubungan konseling telah berjalan baik, maka langkah selanjutnya adalah memulai mendiskusikan sasaran-sasaran spesifik dan tingkah laku seperti apa yang menjadi ukuran keberhasilan konseling. Konselor memperjelas tujuan yang ingin dicapai oleh mereka berdua. Hal yang penting dalam langkah ini adalah bagaimana keterampilan konselor dapat mengangkat isu dan masalah yang dihadapi klien. Pengungkapan  masalah klien kemudian diidentifikasi dan didiagnosa secara cermat. Seringkali klien tidak begitu jelas mengungkapkan masalahnya. Apabila ini terjadi konselor harus membantu klien mendefinisikan masalahnya secara tepat agar tidak terjadi kekeliruan dalam diagnosa.
3.        Memfasilitasi perubahan konseling
Langkah berikutnya adalah konselor mulai memikirkan alternatif pendekatan dan strategi yang akan digunakan agar sesuai dengan masalah klien. Harus dipertimbangkan pula bagaimana konsekuensi dari alternatif dan strategi tersebut. Jangan sampai pendekatkan dan strategi yang digunakan bertentangan dengan nilai-nilai yang terdapat pada diri klien, karena akan menyebabkan klien otomatis menarik dirinya dan menolak terlibat dalam proses konseling. Ada beberapa strategi yang dikemukakan oleh Willis (2009) untuk mempertimbangkan dalam konseling:
a.              Mengkomunikasikan nilai-nilai inti agar klien selalu jujur dan terbuka
sehingga dapat mengali lebih dalam masalahnya.
b.              Menantang klien untuk mencari rencana dan strategi baru melalui berbagai alternatif. Hal ini akan membuatnya termotivasi untuk meningkatkan dirinya sendiri.

Pada langkah ini terlihat dengan jelas bagaimana proses konseling berjalan. Apakah terjadi perubahan strategi atau alternatif. Yang telah disusun? Sudah tepat atau malah tidak sesuai?. Proses konseling berjalan-jalan terus-meneruspada akhirnya sampai kepada pemecahan masalah.


4.        Evaluasi dan Terminasi
Langkah keempat ini adalah langkah terakhir dalam proses konseling secara umum. Evaluasi terhadap hasil konseling akan dilakukan secara keseluruhan. Yang menjadi ukuran keberhasilan konseling akan tampak pada kemajuan tingkah laku klien yang berkembang kearah yang lebih positif.

Adapun menurut Bimo Walgito, langkah-langkah atau prosedur dalam bimbingan konseling terdiri dari beberapa fase, antara lain:
1.      Persiapan
Langkah yang harus dilakukan dalam fase persiapan ini adalah mengadakan hubungan interpersonal yang baik dengan klien  dan kemudian mengadakan wawancara untuk menyusun diagnosis. Sebelum konselor memberikan bantuan atau terapi, konselor harus mengadakan diagnosis terlebih dahulu. Diagnosis merupakan titik pijak konselor dan memberikan arah dalam melakukan terapi atau bantuan kepada klien. Untuk menyusun diagnosis, diperlukan wawancara terlebih dahulu. Setelah mengadakan diagnosis, langkah berikutnya adalah perencanaan treatment.[3]

2.      Perencanaan Treatment
Treatment yang akan diambi sudah tentu sesuai dengan diagnosis yang telah dibangun berdasarkan masalah yang dihadapi oleh klien.  Dalam rencanatreatment ini, yang akan digunakan dalam memberikan terapi mungkin tentang perubahan perilaku, mendorong berpikir dalam menghadapi realita, penerapan cara belajar yang tepat, atau lainnya. Dalam fase ini, konselor juga mengadakan prediksi atau prognosis sekiranya treatment tersebut akan membawa  hasil seperti yang diharapkan.
  
3.      Counseling in action
Bantuan atau terapi dapat diberikan melalui wawancara konseling atau diskusi. Dalam wawancara konseling, klien dan konselor saling bertukar idea tau sikap melalui perbincangan. Tujuannya adalah menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh klien.
Pada dasarnya, dalam wawancara konseling digunakan salah satu dari dua frame of reference. Salah satunya adalah  client-centered  atau  person-centered  dan counselor-centered. Dalam client-centered  atau  person-centered therapy, aktivitas pada dasarnya berpusat pada klien. Klien didorong untuk mengekspresikan sikap, perasaan, dan pikirannya. Konselor lebih bersikap pasif dan tidak menginterupsi  apa yang dikemukaka oleh klien. Sedangkan dalam counselor-centered therapy, aktivitas pada dasarnya terletak pada konselor. Konselor mencoba bersahabat dengan klien dan sangat aktif serta sering mengekspresikan sikap dan perasaannya.

4.      Follow up
Pada fase ini, langkah yang diambil oleh konselor adalah untuk mengetahui efek dari terapi yang telah diberikan, hal-hal yang telah didiskusikan pada waktu proses konseling sudah dilaksanakan atau belum oleh klien. Apabila sudah dilaksanakan tetapi tidak mengenai sasaran atau tidak berhasil maka langkah-langkah yang telah diambil itu kiranya perlu direvisi untuk menentukan langkah-langkah yang baru. 

B.           Langkah-langkah dan Tahapan Psikoterapi :
1.        Wawancara awal
a.       Dikemukakan apa yang akan terjadi selama terapi berlangsung, aturan, yang akan dilakukan terapi & diharapkan dari klien, kontrak terapeutik (tujuan, harapan, kapan, dimana, lama, keterbatasan, dll).
b.      Akan diketahui apa yang menjadi masalah klien, klien menceritakan masalah (ada komitmen untuk mengkomunikasikan), terapis & klien bekerjasama.

2.        Proses terapi
Mengkaji pengalaman klien, hubungan terapis & klien, pengenalan
penjelasan – pengertian perasaan & pengalaman klien.

3.        Pengertian ke tindakan
Terapis bersama klien mengkaji & mendiskusikan apa yang telah
dipelajari klien selama terapi berlangsung, penngetahuan klien akan
aplikasinya nanti di perilaku & kehidupan sehari-hari.

4.        Mengakhiri terapi
a.       Terapi dapat berakhir jika tujuan telah tercapai, klien tidak melanjutkan lagi, atau terapis tidak dapat lagi menolong kliennya (merujuk ke ahli lain).
b.      Beberapa pertemuan sebelum terapi berakhir klien diberitahu, klien disiapkan untuk menjadi lebih mandiri menghadapi lingkungannya nanti.


Terdapat tujuh langkah proses konseling dan psikoterapi yang dijelaskan dalam Brammer and Shostrom (1982), yaitu:
Tahap 1: membangkitkan minat dan membahas perlunya bantuan pada diri klien.Tujuan tahap ini adalah memungkinkan klien mengemukakan masalahnya dan mengetahui sejauh mana klien menyadari perlunya bantuan dan menyiapkan dirinya dalam proses konseling. Strategi yang dapat digunakan: menyambut klien dengan hangat, membantu klien menjelaskan inti masalah yang dialaminya.[4]
Tahap 2: membina hubungan. Tujuan dari tahap ini adalah membangun suatu hubungan yang ditandai oleh adanya kepercayaan klien atas dasar kejujuran dan keterbukaan. Suksesnya konseling ditentukan oleh: keahlian, kemenarikan dan layak untuk dipercayai.
     Tahap 3 : menetapkan tujuan konseling dan menjelajahhi berbagai alternative yang ada. Tujuan dari tahap ini adalah membahas bersama klien apa yang diinginkannya dalam proses konseling. Klien diajak untuk merumuskan tujuan berkaitan dengan permasalahannya.
Tahap 4: bekerja dengan masalah dan tujuan. Tujuan dari tahap ini adalah ditentukan oleh masalah klien, pendekatan dan teori yang digunakan konselor, keinginan klien dan gaya komunikasi yang dibangun oleh keduanya. Beberapa kegiatan dalam tahap ini: klarifikasi sifat dasar masalah dan memilih strategi, proses problem solving, penyelidikan perasaan klien lebih jauh, nilai dan batas pengekspresian perasaan, mengekpresikan perasaan dalam model aktualisasi.
Tahap 5 : membangkitkan kesadaran klien untuk berubah. Pada tahap kelima ini hal yang penting konselor mulai bekerja dari pembahasan perasaan sampai memiliki kesadaran, hal ini bertujuan untuk membantu klien memperoleh kesadaran yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan mereka selama mengikuti proses konseling.
Tahap 6 : perencanaan dan kegiatan. Tujuannya adalah membantu klien untuk menempatkan ide-ide dan kesadaran baru yang ditemukan ke dalam tindakan kehidupan sesungguhnya dalam rangka mengaktualisasikan model.
Tahap 7: evaluasi hasil dan mengakhiri konseling. Kriteria utama keberhasilan konseling dan indikator kunci mengakhiri proses konseling dan terapi adalah sejauh mana klien mencapai tujuan konseling.




BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Ada beberapa pendapat mengenai langkah-langkah bimbingan konseling,
antara lain:
1.            Menurut Thohirin, langkah-langkah bimbingan konseling ada tujuh, yaitu: menentukan masalah, pengumpulan data, analisis data, diagnosis, prognosis, terapi, dan evaluasi atau follow up.
2.            Menurut Namora Lumongga Lubis, langkah-langkah bimbingan konseling ada empat, yaitu: membangun hubungan, identifikasi dan penilaian masalah, memfasilitasi perubahan konseling, serta evaluasi dan terminasi.
3.            Menurut Bimo Walgito, langkah-langkah bimbingan konseling ada empat, yaitu: persiapan, perencanaant treatmentcounseling in action, dan follow up.

B.        Saran
Demikian hasil makalah kami yang membahas mengenai “langkah-langkah bimbingan konseling dan psikoterapi. Semoga dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Kami juga menyadari bahwa di dalam hasil penyusunan makalah kami masih terdapat kekurangan dan kekeliruan. Untuk itu, kami sangat memerlukan kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan dalam penyusunan makalah selanjutnya.







DAFTAR KEPUSTAKAAN

Walgito, Bimo, 2010. Bimbingan dan  Konseling, Yogyakarta: CV. ANDI
OFFSET .
Namora Lumongga Lubis, 2011, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori
dan Praktik, Jakarta: Kencana.
Thohirin, 2001, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madarasah, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.






1 Thohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madarasah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 317-321.
[2] Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana, 2011, hal. 83-87.

[3] Bimo Walgito, Bimbingan + Konseling, Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET,  2010, hal. 191-195.

1 komentar:

  1. masyaa allah cute bangetttts, jadi ngk bosen bacanya, kursornya imuuut, trus icon untuk ngesharenya jugaa syuuuka, materinya juga mudah dipahami, Terima Kasih ^-^

    BalasHapus