BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada pembahasan-pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai pengertian
bimbingan dan konseling. Dan telah dijelaskan pula bahwa bimbingan dan
konseling merupakan suatu proses, dan dalam praktik bimbingan dan konseling
akan menempuh tahap-tahap tertentu. Dalam setiap tahapannya akan menggunakan
teknik-teknik tertentu pula. Telah disebutkan bahwa konseling merupakan salah
satu teknik dalam bimbingan.
Dalam menyelesaikan masalah dari klien atau konseling, memang diperlukan
suatu posedur atau langkah-langkah yang harus dilalui. Prosedur atau
langkah-langkah tersebut dilakukan dengan tujuan agar seorang konselor dapat
menyelesaikan masalah dari klien atau konseli dengan baik, maksimal, dan
sukses. Apabila prosedur atau langkah-langkah tersebut tidak dilakukan atau
dilakukan tetapi kurang sesuai atau kurang maksimal, maka hasinya juga tidak
maksimal. Akibatnya, konselor tidak dapat membantu menyelesaikan masalah dari
klien dengan sukses.
Mengenai langkah-langkah bimbingan konseling, terdapat beberapa
pendapat. Oleh karena itu, di dalam makalah ini, penulis akan menyajikan sebuah
kajian mengenai langkah-langkah bimbingan konseling dan psikoterapi dari
beberapa pendapat tokoh.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah langkah dan
tahapan proses konseling?
2.
Bagaimanakah langkah dan tahapan proses psikoterapi?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui langkah dan tahapan proses konseling
2. Untuk
mengetahui langkah dan tahapan proses psikoterapi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Langkah-langkah dan Tahapan Konseling
Menurut
Tohirin, Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah Proses konseling dapat
ditempuh dengan beberapa langkah yaitu:
1. Menentukan masalah
Proses
Identifikasi Masalah atau menentukan masalah dalam konseling dapat dilakukan
dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi masalah (iden tifikasi
kasus-kasus) yang dialami oleh klien. Setelah semua masalah teridentifikasi
untuk menentukan masalah mana untuk dipecahkan harus menggunakan prinsip skala
prioritas. Penetapan skala prioritas ditentukan oleh dasar akibat atau dampak
yang lebih besar terjadi apabila masalah tersebut tidak dipecahkan. Pada tahap
ini konselor diharapkan aktif dalam mencegah permasalahan klien. Konselor perlu
lebih banyak memberikan pertanyaan terbuka dan mendengar aktif (active listening) terhadap apa yang dikemukakan
oleh klien. Mendengar aktif adalah suatu keterampilan menahan diri untuk tidak
berbicara, tidak mendengarkan secara seksama, mengingat-ingat dan memahami
perkataan klien, dan menganalisis secara seksama terhadap penjelasan klien yang
relevan dan yang tidak relevan.[1]
2. Pengumpulan
data,
Setelah
ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalam konseling, selanjutnya adalah
mengumpulkan data siswa yang bersangkutan. Data yang dikumpulkan harus secara
komprehensif (menyeluruh) meliputi: data diri, data orang tua, data pendidikan,
data kesehatan dan data lingkungan.
Data
diri bisa mencakup (nama lengkap, nama panggilan, jenis kelamin, anak keberapa,
status anak dalam keluarga (anak kandung, anak tiri, atau anak angkat), tempat
tanggal lahir, agama, pekerjaan, penghasilan setiap bulan, alamat, dan nama
bapak atau ibu. Data pendidikan dapat mencakup: tingkat pendidikan, status
sekolah, lokasi sekolah, sekolah sebelumnya, kelas berapa, dan lain-lain.
3.
Analisis data
Data-data
yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Data hasil tes bisa dianalisis
secara kuantitatif dan data hasil non tes dapat dianalisis secara kualitatif.
Dari data yang dianalisis akan diketahui siapa konseli kita sesungguhnya dan
apa sesungguhnya masalah yang dihadapi konseli kita.
4. Diagnosis
Diagnosis
merupakan usaha konselor menetapkan latar belakang masalah atau faktor-faktor
penyebab timbulnya masalah pada klien.
5. Prognosis
Setelah
diketahui faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada klien selanjutnya
konselor menetapkan langkah-langkah bantuan yang diambil.
6. Terapi
Setelah
ditetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian bantuan selanjutnya adalah
melaksanakan jenis bantuan yang telah ditetapkan. Dalam contoh diatas,
pembimbing atau konselor melaksanakan bantuan belajar atau bantuan sosial yang
ditetapkan untuk memecahkan masalah konseli.
7. Evaluasi
dan Follow Up
Sebelum
mengakhiri hubungan konseling, konselor dapat mengevaluasi berdasarkan performace klien yang terpancar dari kata-kata, sikap, tindakan,
dan bahasa tubuhnya. Jika menunjukkan indikator keberhasilan, pengakhiran
konseling dapat dibuat. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah upaya bantuan
yang telah diberikan memperoleh hasil atau tidak. Apabila sudah memberikan
hasil apa langkah-langkah selanjutnya yang perlu diambil, begitu juga sebaliknya
apabila belum berhasil apa langkah-langkah yang diambil berikutnya.
Abrego,
Brammer, Shostrom dalam buku dasar-dasar konseling dan psikoterapi milik Namora
Lubis Lumongga memberikan langkah-langkah konseling sebagai berikut:
1. Membangun Hubungan
Membangun
hubungan dijadikan langkah pertama dalam konseling, karena klien dan konselor
harus saling mengenal dan menjalin
kedekatan emosinal sebelum sampai pada pemecahan masalahnya. Pada tahapan ini,
konselor harus menunjukkan bahwa ia dapat dipercaya dan kompeten dalam
menangani masalah klien. Willis (2009) mengatakan bahwa dalam hubungan
konseling harus berbentuk a working relationship yaitu hubungan yang berfungsi, bermakna, dan berguna. Konselor dan
klien saling terbuka satu sama lain tanpa ada
kepura-puraan. Selain itu, konselor dapat melibatkan klien terus menerus dalam
proses konseling. Keberhasilan pada tahap ini menentukan keberhasilan langkah
konseling selanjutnya.[2]
Tahapan
ini merupakan kunci awal keberhasilan konseling. Antara konselor dan
klien adakalanya belum saling
mengenal. Konselor diharapkan dapat menciptakan suatu perkenalan yang
memungkinkan terbangun kedekatan dan kepercayaan klien. Dalam membina hubungan
dengan klien, konselor dapat melakukan perkenalan secara lisan. Konselor
memperkenalkan diri secara “sederhana”, yang tidak memberikan kesan bahwa
konselor lebih tinggi statusnya daripada klien.
Pada
tahap ini konselor membina hubungan baik dengan klien dengan cara menunjukkan
perhatian, penerimaan, penghargaan, dan pemahaman empatik. Apabila klien dekat
dengan dan percaya kepada konselor, ia akan bersedia membuka diri lebih jauh
untuk mengemukakan masalah yang dihadapinya kepada konselor. Sehingga klien
dengan suka rela termotivasi untuk mengikuti proses konseling sampai selesai.
2. Identifikasi dan penilaian masalah
Apabila
hubungan konseling telah berjalan baik, maka langkah selanjutnya adalah memulai
mendiskusikan sasaran-sasaran spesifik dan tingkah laku seperti apa yang
menjadi ukuran keberhasilan konseling. Konselor memperjelas tujuan yang ingin
dicapai oleh mereka berdua. Hal yang penting dalam langkah ini adalah bagaimana
keterampilan konselor dapat mengangkat isu dan masalah yang dihadapi klien.
Pengungkapan masalah klien kemudian
diidentifikasi dan didiagnosa secara cermat. Seringkali klien tidak begitu
jelas mengungkapkan masalahnya. Apabila ini terjadi konselor harus membantu
klien mendefinisikan masalahnya secara tepat agar tidak terjadi kekeliruan
dalam diagnosa.
3. Memfasilitasi perubahan
konseling
Langkah
berikutnya adalah konselor mulai memikirkan alternatif pendekatan dan strategi
yang akan digunakan agar sesuai dengan masalah klien. Harus dipertimbangkan
pula bagaimana konsekuensi dari alternatif dan strategi tersebut. Jangan sampai
pendekatkan dan strategi yang digunakan bertentangan dengan nilai-nilai yang
terdapat pada diri klien, karena akan menyebabkan klien otomatis menarik
dirinya dan menolak terlibat dalam proses konseling. Ada beberapa strategi yang
dikemukakan oleh Willis (2009) untuk mempertimbangkan dalam konseling:
a.
Mengkomunikasikan nilai-nilai inti agar
klien selalu jujur dan terbuka
sehingga
dapat mengali lebih dalam masalahnya.
b.
Menantang klien untuk mencari rencana dan
strategi baru melalui berbagai alternatif. Hal ini akan membuatnya termotivasi
untuk meningkatkan dirinya sendiri.
Pada
langkah ini terlihat dengan jelas bagaimana proses konseling berjalan. Apakah
terjadi perubahan strategi atau alternatif. Yang telah disusun? Sudah tepat
atau malah tidak sesuai?. Proses konseling berjalan-jalan terus-meneruspada
akhirnya sampai kepada pemecahan masalah.
4. Evaluasi dan Terminasi
Langkah
keempat ini adalah langkah terakhir dalam proses konseling secara umum.
Evaluasi terhadap hasil konseling akan dilakukan secara keseluruhan. Yang
menjadi ukuran keberhasilan konseling akan tampak pada kemajuan tingkah laku
klien yang berkembang kearah yang lebih positif.
Adapun menurut Bimo Walgito, langkah-langkah atau prosedur dalam bimbingan
konseling terdiri dari beberapa fase, antara lain:
1. Persiapan
Langkah yang harus dilakukan dalam fase persiapan ini adalah mengadakan
hubungan interpersonal yang baik dengan klien dan kemudian mengadakan
wawancara untuk menyusun diagnosis. Sebelum konselor memberikan bantuan atau
terapi, konselor harus mengadakan diagnosis terlebih dahulu. Diagnosis
merupakan titik pijak konselor dan memberikan arah dalam melakukan terapi atau
bantuan kepada klien. Untuk menyusun diagnosis, diperlukan wawancara terlebih
dahulu. Setelah mengadakan diagnosis, langkah berikutnya adalah perencanaan treatment.[3]
2. Perencanaan Treatment
Treatment yang akan diambi sudah tentu
sesuai dengan diagnosis yang telah dibangun berdasarkan masalah yang dihadapi
oleh klien. Dalam rencanatreatment ini, yang akan digunakan
dalam memberikan terapi mungkin tentang perubahan perilaku, mendorong berpikir
dalam menghadapi realita, penerapan cara belajar yang tepat, atau lainnya.
Dalam fase ini, konselor juga mengadakan prediksi atau prognosis
sekiranya treatment tersebut akan membawa hasil seperti
yang diharapkan.
3. Counseling in action
Bantuan atau terapi dapat diberikan melalui wawancara konseling atau
diskusi. Dalam wawancara konseling, klien dan konselor saling bertukar idea tau
sikap melalui perbincangan. Tujuannya adalah menyelesaikan masalah yang
dihadapi oleh klien.
Pada dasarnya, dalam wawancara konseling digunakan salah satu dari dua frame
of reference. Salah satunya adalah client-centered atau person-centered
dan counselor-centered. Dalam client-centered atau
person-centered therapy, aktivitas pada dasarnya berpusat pada klien.
Klien didorong untuk mengekspresikan sikap, perasaan, dan pikirannya. Konselor
lebih bersikap pasif dan tidak menginterupsi apa yang dikemukaka oleh
klien. Sedangkan dalam counselor-centered therapy, aktivitas pada
dasarnya terletak pada konselor. Konselor mencoba bersahabat dengan klien dan
sangat aktif serta sering mengekspresikan sikap dan perasaannya.
4. Follow
up
Pada fase ini, langkah yang diambil oleh konselor adalah untuk mengetahui
efek dari terapi yang telah diberikan, hal-hal yang telah didiskusikan pada
waktu proses konseling sudah dilaksanakan atau belum oleh klien. Apabila sudah
dilaksanakan tetapi tidak mengenai sasaran atau tidak berhasil maka
langkah-langkah yang telah diambil itu kiranya perlu direvisi untuk menentukan
langkah-langkah yang baru.
B.
Langkah-langkah dan Tahapan Psikoterapi :
1.
Wawancara awal
a. Dikemukakan apa yang akan terjadi selama terapi
berlangsung, aturan, yang akan dilakukan terapi & diharapkan dari klien,
kontrak terapeutik (tujuan, harapan, kapan, dimana, lama, keterbatasan, dll).
b.
Akan diketahui
apa yang menjadi masalah klien, klien menceritakan masalah (ada komitmen untuk
mengkomunikasikan), terapis & klien bekerjasama.
2.
Proses terapi
Mengkaji
pengalaman klien, hubungan terapis & klien, pengenalan
penjelasan – pengertian perasaan & pengalaman
klien.
3.
Pengertian ke
tindakan
Terapis bersama
klien mengkaji & mendiskusikan apa yang telah
dipelajari klien selama terapi berlangsung,
penngetahuan klien akan
aplikasinya nanti di perilaku & kehidupan
sehari-hari.
4.
Mengakhiri
terapi
a. Terapi dapat berakhir jika tujuan telah tercapai,
klien tidak melanjutkan lagi, atau terapis tidak dapat lagi menolong kliennya
(merujuk ke ahli lain).
b. Beberapa pertemuan sebelum terapi berakhir klien
diberitahu, klien disiapkan untuk menjadi lebih mandiri menghadapi
lingkungannya nanti.
Terdapat tujuh langkah
proses konseling dan psikoterapi yang dijelaskan dalam Brammer and Shostrom
(1982), yaitu:
Tahap 1: membangkitkan
minat dan membahas perlunya bantuan pada diri klien.Tujuan tahap ini adalah
memungkinkan klien mengemukakan masalahnya dan mengetahui sejauh mana klien
menyadari perlunya bantuan dan menyiapkan dirinya dalam proses konseling.
Strategi yang dapat digunakan: menyambut klien dengan hangat, membantu klien
menjelaskan inti masalah yang dialaminya.[4]
Tahap 2: membina
hubungan. Tujuan dari tahap ini adalah membangun suatu hubungan yang ditandai
oleh adanya kepercayaan klien atas dasar kejujuran dan keterbukaan. Suksesnya
konseling ditentukan oleh: keahlian, kemenarikan dan layak untuk dipercayai.
Tahap 3 : menetapkan tujuan konseling dan
menjelajahhi berbagai alternative yang ada. Tujuan dari tahap ini adalah
membahas bersama klien apa yang diinginkannya dalam proses konseling. Klien
diajak untuk merumuskan tujuan berkaitan dengan permasalahannya.
Tahap 4: bekerja dengan masalah dan
tujuan. Tujuan dari tahap ini adalah ditentukan oleh masalah klien, pendekatan
dan teori yang digunakan konselor, keinginan klien dan gaya komunikasi yang
dibangun oleh keduanya. Beberapa kegiatan dalam tahap ini: klarifikasi sifat
dasar masalah dan memilih strategi, proses problem solving,
penyelidikan perasaan klien lebih jauh, nilai dan batas pengekspresian
perasaan, mengekpresikan perasaan dalam model aktualisasi.
Tahap 5 : membangkitkan
kesadaran klien untuk berubah. Pada tahap kelima ini hal yang penting konselor
mulai bekerja dari pembahasan perasaan sampai memiliki kesadaran, hal ini
bertujuan untuk membantu klien memperoleh kesadaran yang dibutuhkan dalam
mencapai tujuan mereka selama mengikuti proses konseling.
Tahap 6 : perencanaan
dan kegiatan. Tujuannya adalah membantu klien untuk menempatkan ide-ide dan
kesadaran baru yang ditemukan ke dalam tindakan kehidupan sesungguhnya dalam
rangka mengaktualisasikan model.
Tahap 7: evaluasi
hasil dan mengakhiri konseling. Kriteria utama
keberhasilan konseling dan indikator kunci mengakhiri proses konseling dan
terapi adalah sejauh mana klien mencapai tujuan konseling.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa
pendapat mengenai langkah-langkah bimbingan konseling,
antara lain:
1.
Menurut Thohirin, langkah-langkah bimbingan konseling ada tujuh, yaitu: menentukan
masalah, pengumpulan data, analisis data, diagnosis, prognosis, terapi, dan
evaluasi atau follow up.
2.
Menurut Namora Lumongga Lubis, langkah-langkah bimbingan konseling ada empat, yaitu: membangun hubungan, identifikasi dan penilaian masalah, memfasilitasi perubahan konseling, serta evaluasi dan terminasi.
3.
Menurut Bimo Walgito, langkah-langkah bimbingan konseling ada empat, yaitu: persiapan, perencanaant treatment, counseling in action, dan follow up.
B. Saran
Demikian hasil makalah kami yang membahas mengenai “langkah-langkah bimbingan konseling dan psikoterapi”. Semoga dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca. Kami juga menyadari bahwa di dalam hasil penyusunan makalah kami
masih terdapat kekurangan dan kekeliruan. Untuk itu, kami sangat memerlukan
kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan dalam penyusunan makalah
selanjutnya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Walgito, Bimo, 2010. Bimbingan
dan Konseling, Yogyakarta: CV.
ANDI
OFFSET .
Namora Lumongga Lubis, 2011, Memahami Dasar-Dasar
Konseling dalam Teori
dan Praktik, Jakarta: Kencana.
Thohirin, 2001, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madarasah, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
[2]
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana, 2011, hal. 83-87.
[3]
Bimo Walgito, Bimbingan + Konseling, Yogyakarta: CV. ANDI
OFFSET, 2010, hal. 191-195.
[4]
http://www.konselingindonesia.com/read/81/proses-konseling-dan-psikoterapi.html
diakses pada tanggal 12 Maret 2017 pukul 13.10
masyaa allah cute bangetttts, jadi ngk bosen bacanya, kursornya imuuut, trus icon untuk ngesharenya jugaa syuuuka, materinya juga mudah dipahami, Terima Kasih ^-^
BalasHapus